BIAYA PRODUKSI
Disusun Oleh:
|
Abd.rahim
|
213 170 051
|
Prodi
agribisnis
Fakultas
pertanian, peternakan, dan perikanan
Universitas
muhammadiyah parepare
parepare
2015
BAB I.
PENDAHULUAN
Seiring dengan
berkembangnya ilmu teknologi, ilmu pengetahuan, dan bertambahnya penduduk,
memaksa kebutuhan hidup terus meningkat. Pada saat ini kebutuhan hidup
tidak bisa diambil langsung dari alam, akan tetapi harus diolah dahulu dengan
cepat, efesien, dan harga terjangkau. Keadaan ini dimanfaatkan dengan baik oleh
sebagian orang untuk memperoleh keuntungan. Akan tetapi, permintaan pasar
berubah-ubah sehingga menyulitkan perusahaan untuk melakukan kegiatan
produksinya, produk apa yang akan di produksi?. Namun dalam melakukan proses
produksi suatu barang, perusahaan seharusnya memperhatikan beberapa hal sebelum
melakukan produksi, salah satunya kekuatan finansial yang mereka miliki,
seperti biaya produksi. Untuk
mencapai hal tersebut, tentu pemahaman akan biaya produksi sangat diperlukan,
karena biaya produksi merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan ketika
perusahaan hendak menghasilkan suatu produk. Pemahaman tentang biaya produksi
sangat penting bagi suatu perusahaan, karena dengan itu perusahaan dapat
memperhitungkan biaya-biaya apa saja yang memang diperlukan untuk menghasilkan
suatu barang. Biaya produksi adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen
dalam bentuk uang untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Menetapkan biaya
produksi berdasarkan pengertian tersebut memerlukan kecermatan karena terkadang
ada hal yang sulit diidentifikasikan.
Berdasarkan latar belakang di atas adapun rumusan masalah
yang akan dibahas pada makalah ini adalah (1) Pengertian biaya produksi?, (2)
Jenis jenis biaya produksi? (3) Cara
Menggambar biaya produksi?, (4) Kapasitas produksi?, (5) Produksi dengan banyak
pabrik ?, (6) Skala ekonomis dan tidak ekonomis?, (7) Maksimalisasi laba dan
penawaran?.
Berdasarkan rumusan masalah di atas adapun tujuan yang akan
dicapai dalam penulisan makalah ini yakni (1) dapat mengetahui Pengertian biaya
produksi, (2) dapat mengetahui Jenis jenis biaya produksi, (3) dapat mengetahui
Cara Menggambar biaya produksi, (4) dapat mengetahui Kapasitas produksi, (5) dapat mengetahui Produksi dengan banyak pabrik, (6) dapat
mengetahui Skala ekonomis dan tidak ekonomis, (7) dapat mengetahui
Maksimalisasi laba dan penawaran.
BAB II. PEMBAHASAN
1.
Pengertian Biaya Produksi
Biaya adalah
semua pengeluaran yang dapat diukur dengan uang, baik yang telah, sedang maupun
yang akan dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk. Biaya
produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan
untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut. Untuk menghasilkan barang atau jasa
diperlukan faktor-faktor produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, modal, dan
keahlian pengusaha. Semua faktor-faktor produksi yang dipakai merupakan
pengorbanan dari proses produksi dan juga berfungsi sebagai ukuran untuk
menentukan harga pokok barang. Input yang digunakan untuk memproduksi output
tersebut sering disebut biaya oportunis.
Biaya oportunis sendiri merupakan biaya suatu faktor produksi yang
memiliki nilai maksimum yang menghasilkan output dalam suatu penggunaan
alternatif.
1.
Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi
2.
Bahan-bahan pembantu atau penolong
3.
Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur.
4.
Penyusutan peralatan produksi
5.
Uang modal, sewa
6.
Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya
listrik, biaya keamanan dan asuransi.
7.
Biaya pemasaran seperti biaya iklan.
8.
Pajak.
Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
1. Biaya Eksplisit
Biaya Eksplisit ialah biaya yang nyata-nyata dikeluarkan
dalam memperoleh faktor produksi (nilai dan semua input yang dibeli untuk
produksi). Pembayarannya berupa uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi
dan bahan mentah yang dibutuhkan perusahaan. Contoh: biaya tenaga kerja, sewa
gedung, dll.
2. Biaya Implisit
Biaya implisit disebut juga imputed cost (ongkos
tersembunyi), ialah taksiran biaya atas faktor produksi yang dimiliki sendiri
oleh perusahaan dan ikut digunakan dalam proses produksi yang dimiliki oleh
perusahaan.
Contoh:
Penggunaan gedung milik perusahaan sendiri.
Berdasarkan jangka waktunya, biaya produksi di bedakan
menjadi 2 yaitu :
1.
Jangka Waktu Pendek.
Dalam jangka pendek perusahan adalah jangka waktu di mana sebagian faktor produksi tidak dapat di tambah jumlahnya.
teori – teori biaya produksi dalam jangka pendek, Yakni:
Dalam jangka pendek perusahan adalah jangka waktu di mana sebagian faktor produksi tidak dapat di tambah jumlahnya.
teori – teori biaya produksi dalam jangka pendek, Yakni:
a. Biaya Total (Total Cost / TC)
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang terdiri dari biaya Variabel dan Biaya Tetap. TC= TVC + TFC
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang terdiri dari biaya Variabel dan Biaya Tetap. TC= TVC + TFC
b. Biaya Variabel Total (Total Variabel Cost /
TVC)
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam faktor produksi dan bersifat Variabel atau dapat berubah – ubah sesuai dengan hasil produksi yang akan dihasilkan.
Semakin banyak produk yang dhasilkan, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan.
Contoh : Biaya bahan baku , upah tenaga kerja, bahan bakar,dll.
TVC= TC-TFC
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam faktor produksi dan bersifat Variabel atau dapat berubah – ubah sesuai dengan hasil produksi yang akan dihasilkan.
Semakin banyak produk yang dhasilkan, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan.
Contoh : Biaya bahan baku , upah tenaga kerja, bahan bakar,dll.
TVC= TC-TFC
c.
Biaya Tetap (Total Fixed Cost /
TFC)
Biaya yang tidak berubah mengikuti tingkat produksi.
Artinya biaya ini besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah Output yang dihasilkan.
Contoh: biaya abonemen Telepon, Biaya Pemeliharaan Bangunan,biaya penyusutan, dls.
TFC=TC-TVC
Biaya yang tidak berubah mengikuti tingkat produksi.
Artinya biaya ini besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah Output yang dihasilkan.
Contoh: biaya abonemen Telepon, Biaya Pemeliharaan Bangunan,biaya penyusutan, dls.
TFC=TC-TVC
d. Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost /
ATC)
BiayaTotal (TC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah Produksi tertentu oleh perusahaan tersebut (Q).
ATC =TC/Q
Q= jumlah Output yang dihasilkan
Biaya total rata-rata juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
ATC = AVC+AFC
BiayaTotal (TC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah Produksi tertentu oleh perusahaan tersebut (Q).
ATC =TC/Q
Q= jumlah Output yang dihasilkan
Biaya total rata-rata juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
ATC = AVC+AFC
e.
Biaya Variabel rata-rata (Average Variabel
Cost / AVC)
Biaya Variabel Total (TVC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah produksi tertentu(Q).
AVC= TVC/Q
Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
AVC=ATC-AFC
Biaya Variabel Total (TVC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah produksi tertentu(Q).
AVC= TVC/Q
Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
AVC=ATC-AFC
f.
Biaya tetap Rata –rata (Average Fixed
Cost / AFC)
Biaya tetap (TFC) untuk memproduksi sejumllah barang tertentudibagi dengan jumlah produksi tertentu (Q).
AFC=TFC/Q
Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
AFC=ATC-AVC
Biaya tetap (TFC) untuk memproduksi sejumllah barang tertentudibagi dengan jumlah produksi tertentu (Q).
AFC=TFC/Q
Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
AFC=ATC-AVC
g. Biaya Marginal (Marginal Cost / MC)
Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah satu satuan output.
Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah satu satuan output.
2.
Jangka Waktu Panjang.
Sedangkan jangka waktu panjang merupakan segala faktor produksi yang masih dapat berubah – ubah.
Teori – teori biaya jangka panjang yakni diantaranya ialah :
Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan seluruh output dan bersifat Variabel.
Biaya total sama dengan perubahan biaya Variabel. LTC=∆LVC
Dengan LTC= biaya total jangka panjang (Long Run Total Cost)
∆LVC= Perubahan Biaya Variabel jangka panjang.
Sedangkan jangka waktu panjang merupakan segala faktor produksi yang masih dapat berubah – ubah.
Teori – teori biaya jangka panjang yakni diantaranya ialah :
Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan seluruh output dan bersifat Variabel.
Biaya total sama dengan perubahan biaya Variabel. LTC=∆LVC
Dengan LTC= biaya total jangka panjang (Long Run Total Cost)
∆LVC= Perubahan Biaya Variabel jangka panjang.
a. Biaya Marjinal jangka panjang
Tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak 1 unit.
Perubahan biaya total sama dengan perubahan biaya variable.
Maka, LMC=∆LTC/∆Q
Dengan LMC= Biaya marjinal jangka panjang (Long Run Marjinal Cost)
∆LTC= Perubahan Biaya Total jangka Panjang
∆Q= Perubahan Output
Tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak 1 unit.
Perubahan biaya total sama dengan perubahan biaya variable.
Maka, LMC=∆LTC/∆Q
Dengan LMC= Biaya marjinal jangka panjang (Long Run Marjinal Cost)
∆LTC= Perubahan Biaya Total jangka Panjang
∆Q= Perubahan Output
b. Biaya Rata – rata
Biaya total dibagi Jumlah Output. LRAC=LTC/Q
Dengan LRAC=Biaya Rata – Rata Jangka panjang (Long Run Average Cost)
Q = Jumlah output.
Biaya total dibagi Jumlah Output. LRAC=LTC/Q
Dengan LRAC=Biaya Rata – Rata Jangka panjang (Long Run Average Cost)
Q = Jumlah output.
2.
Jenis – Jenis Biaya Produksi
Jenis-jenis
biaya produksi menurut perilakunya dalam hubungannya dengan volume kegiatan.
Keberhasilan dalam perencanaan dan pengendalian biaya tergantung pada pemahaman
yang menyeluruh mengenai hubungan antara terjadinya biaya dan kegiatan bisnis.
Telaah dan analisis yang cermat, yang mempengaruhi kegiatan bisnis terhadap
biaya umumnya akan menghasilkan penggolongan setiap jenis pengeluaran ke dalam
biaya tetap, variable, atau semi variable.
1.
Biaya Tetap atau Fixed Cost
(FC)
Menurut Carter dan Usry yang
dialihbahasakan oleh Krista (2004; 58) disebutkan bahwa :
“Biaya tetap
didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas
bisnis meningkat atau menurun.”
Sedangkan menurut Hansen & Mowen yang
dialihbahasakan oleh Ancella A. Hermawan (2000; 85) disebutkan bahwa :
“Biaya
tetap adalah biaya yang tetap sama dalam jumlah seiring dengan kanaikan atau
penurunan keluaran kegiatan.”
Jadi, dari beberapa pengertian di atas
penyusun simpulkan bahwa biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tetap walaupun
kegiatan produksi berubah-ubah. Meskipun beberapa jenis biaya tampak tetap,
namun dalam jangka panjang semua biaya adalah variable. Jika semua kegiatan
bisnis menurun sampai nol dan tidak ada prospek bagi kegiatan tersebut untuk meningkat,
perusahaan akan melakukan likuidasi, dengan demikian perusahaan akan
menghindari semua biaya. Jika kegiatan diharapkan meningkat sampai melebihi
kapasitas yang ada saat ini, biaya tetap harus ditingkatkan untuk mengimbangi
kelebihan volume tersebut. Contoh biaya tetap : beban penyusutan, beban sewa,
asuransi kekayaan, pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain.
Jika manajemen mengharapkan permintaan atas
produk perusahaan akan meningkat sampai melebihi kapasitas dari fasilitas
produksi saat ini, maka manajemen harus mengupayakan tambahan pabrik dan
peralatan, dan mungkin tenaga kerja. Akibatnya, perusahaan akan mengalami
peningkatan biaya tetap untuk itu jenis pengeluaran tertentu harus digolongkan
sebagai biaya tetap hanya dalam rentang kegiatan yang terbatas. Rentang
kegiatas yang terbatas ini disebut rentang yang relevan. Total biaya tetap akan
berubah di luar rentang kegiatan yang relevan. Perubahan biaya tetap pada
tingkat kegiatan yang berbeda dan rentang yang relevan digambarkan dalam gambar
berikut ini.
2.
Biaya Variabel atau Variable Cost (VC)
Menurut Carter dan Usry yang dialihbahaskan oleh Krista
(2004; 59) disebutkan bahwa :
“
Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkat secara
proposional terhadap peningkatan dalam aktivitas, dan menurun secara
proposional terhadap penurunan dalam aktivitas.”
Sedangkan
menurut Hansen & Mowen yang dialihbahaskan oleh Ancella A. Hermawan (2000;
85) disebutkan bahwa :
“biaya
variabel adalah biaya yang meningkat dalam total seiring dengan peningkatan
keluaran kegiatan dan menurun dalam total seiring dengan penurunan keluaran
kegiatan.”
Jadi, dari pengertian di atas penulis simpulkan bahwa biaya
variabel adalah biaya yang secara total berubah proposional seiring dengan
perubahan kegiatan produksi.
Biaya variabel meliputi biaya bahan langsung, pekerja
langsung, bahan penolong tertentu, biaya pengerjaan ulang. Biasanya biaya
variabel dapat secara langsung diidentifikasikan dengan kegiatan yang
mengakibatkan adanya biaya tersebut. Contoh biaya variabel : bahan material,
bahan bakar, upah buruh langsung, biaya energi, reklamasi, biaya lembur.
Jenis biaya variabel
dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Biaya Variabel Total atau Total Variable Cost (TVC)
Biaya variabel total merupakan seluruh biaya yang harus
dikeluarkan selama masa produksi output dalam jumlah tertentu untuk memperoleh
faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya. Dimisalkan bahwa faktor produksi
yang dapat berubah jumlahnya adalah tenaga kerja. Setiap tenaga kerja yang
digunakan memperoleh pendapatan sebesar Rp 50.000. Bahan-bahan mentah merupakan
variabel yang berubah jumlah dan nilainya dalam proses produksi. Semakin tinggi
produksi, semakin banyak bahan mentah yang yang diperlukan. Oleh sebab itu,
biaya berubah biasanya merupakan perbelanjaan untuk membayar tenaga kerja yang
digunakan.
2. Biaya Variabel
Rata-Rata atau Average Variable Cost (AVC)
Biaya variable rata-rata merupakan nilai biaya yag diperoleh
dari perhitungan biaya variable dibagi dengan jumlah produksi.
Perhitungan Biaya Variabel
Rata-rata
|
Jumlah
Produksi (Q)
(Unit)
|
Biaya
Variabel (TVC)
(Rp)
|
Biaya
Variabel Rata-rata
(AVC=TVC:Q)
(Rp)
|
|
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
|
550
650
750
850
950
1055
1150
1250
1350
1450
|
55
32,5
25
21,25
19
17,5
16,4
15,6
15
14,5
|
Dalam praktiknya, hubungan antara kegiatan produksi dan
biaya variabel yang ditimbulkannya biasanya dianggap seakan-akan bersifat
linear. Total biaya variabel dianggap meningkat dalm jumlah yang konstan untuk
peningkatan setiap unit kegiatan. Namun, hubungan yang sebenarnya sangat jarang
bersifat linear secara sempurna pada seluruh rentang relevan yang memungkinkan.
Misalnya, pada saat volume kegiatan meningkat sampai ke tingkat tertentu,
barangkali manajemen akan menambah mesin produksi yang baru. Akibatnya, biaya
kegiatan per unit akan berbeda-beda pada berbagai tingkat kegiatan. Meskipun
demikian, dalam rentang relevan tertentu, hubungan antara kegiatan dan biaya
variabelnya kurang lebih bersifat linear. Hubungan ini ditunjukan dalam gambar
2.2 dibawah ini. Garis B menggambarkan biaya variabel aktual pada semua tingkat
kegiatan, dan garis A menunjukan biaya produksi variabel yang dihitung pada
semua tingkat kegiatan yang ditentukan berdasarkan observasi pada rentang
relevan.
Adapun sifat-sifat biay
a
variabel adalah sebagai berikut:
1)
Biaya ini mudah digunakan oleh bagian-bagian perusahaan yang bersangkutan.
Penggolongan biaya berdasarkan hubungan dengan masa pembukuan adalah sebagai
berikut:
a. Pengeluaran
Penghasilan (Revenue Expenditure). Pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh
penghasilan dalam masa pembukuan perusahaan yang bersangkutan dan dibebankan
sebagai biaya.
b. Pengeluaran
Modal (Capital Expenditure). Pengeluaran modal ini tidak seluruhnya dibebankan
sebagai biaya dalam masa pembukuan di mana pengeluaran biaya terjadi.
Pada waktu
pengeluaran modal itu terjadi, maka pengeluaran tersebut dimasukkan sebagai
kekayaan dalam bentuk harta (aktiva). Sedangkan penyusutan dari harta ini
secara bertahap setiap tahun pembukuan dibebankan sebagai unsur biaya.
2)
Besarnya biaya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kegiatan perusahaan.
a. Proporsional
atau sebanding. Besarnya kegiatan usaha naik, maka jumlah biaya variabel juga
naik. Kenaikan ini sama besarnya. Misalnya, besarnya kegiatan perusahaan naik
10%, maka besarnya biaya variabel juga naik 10%.
b. Progresif
atau semakin besar. Jika kegiatan usaha meningkatkan biaya variabel juga
meningkat, tetapi juga peningkatan kegiatan usaha lebih kecil dari peningkatan
biaya variabel. Misalnya besarnya kegiatan perusahaan naik 10%, sedangkan
besarnya biaya variabel naik 12%
c. Degresif
atau semakin kecil. Jika kegiatan usaha meningkat, maka biaya variabel juga
meningkat. Namun, besarnya kenaikan kegiatan usaha lebih besar dari pada
besarnya kenaikan biaya variabel.
Misalnya
besarnya kegiatan perusahaan naik 10%, sedangkan besarnya variabel hanya naik
8% (makin kecil).
3. Biaya Semi Variabel
Menurut Carter dan Usry yang dialihbahasakan oleh Krista
(2004;60) disebutkan bahwa :
“Biaya
semi variabel didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik
karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variable.”
Sedangkan menurut Hansen & Mowen yang dialihbahasakan
oleh Ancella A. Hermawan (2000; 85) disebutkan bahwa :
“
biaya semi variabel (campuran) adalah biaya yang memiliki komponen biaya tetap
dan variabel.”
Dari pengertian di atas penyusun simpulkan bahwa biaya semi
variabel merupakan biaya yang mengandung sifat biaya tetap dan variabel.
Misalnya, bahan bakar, pemeliharaan, biaya pensiun, pajak atas upah, dan
perjalanan serta hiburan.
Biaya semivariabel digambarkan dalam gambar
2.3 dibawah ini. Garis C pada gambar tersebut menunjukkan biaya actual pada
semua tingkat produksi. Dalam gambar ini, garis biaya aktual (garis C) tidak
linier. Ini bisa terjadi karena penggunaan teknik atau peralatan produksi yang
berbeda dan atau karena tingkat penggunaan kapasitas yang berbeda pada tingkat
produksi yang berbeda. Garis putus-putus merupakan garis lurus dan menunjukkan
jumlah unsur tetap dan variabel dari semi variabel ( garis A dan B) pada semua
tingkat kegiatan yang ditentukan berdasarkan observasi dalam rentang relevan.
Apabila garis B dan garis C yang tidak terputus terhimpit, maka asumsi linier
sangat mendekati hubungan yang sebenarnya. Daerah yang berhimpitan ini
merupakan rentang yang relevan. Penggunaan biaya tetap dan tariff biaya
variabel yang telah dihitung untuk memperkirakan biaya pada setiap tingkat
kegiatan diluar rentang yang relevan akan menghasilkan estimasi yang tidak
dapat diandalkan.
3.
Cara Menggambar Biaya Produksi
Cara menggambar biaya produksi dimaksudkan adalah bagaimana
biaya produksi digambarkan dalam sebuah kurva baik peningkatan maupun penurunan
biaya produksi. Menggambar biaya produksi dapat dilakukan dengan ;
Metoda Statistik:
Biaya Semi Variabel dipecah menjadi biaya variabel dan biaya
tetap dengan menggunakan metoda kuadrat terkecil yaitu:
Trend garis biaya variabel diperoleh dengan menarik garis
trend yang melalui biaya semi variabel pada berbagai tingkat aktifitas.
|
Y= Px +
Q
|
|
Y = Ax
|
Pakai persamaan kurva linier :
Dimana: Y = Biaya
A = Parameter Yg Menerangkan Hub. Y
Dengan X
P = Laju Peubah (Variable Rate)
X = Variabel Fisik (Tingkat
Aktifitas)
Q = Komponen Tetap
Pergeseran pada kurva biaya produksi
ditentukan oleh dua faktor:
1. Teknologi itu sendiri
Esensinya,
perubahan teknologi akan berpengaruh terhadap produktifitas dan sekaligus
biaya. Perubahan teknologi yang menyebabkan meningkatkan produktifitas;
menyebabkan turunnya average dan marginal product atau pergeseran ke atas kurva
MP dan AP dan sekaligus pergeseran ke bawah MC dan AC. Jika perubahan teknologi
menyebabkan pergeseran input kepada modal, maka FC meningkat dan VC menurun. Pada kasus ini ATC meningkat pada
awalnya dan semakin menurun pada tingkat output yang lebih tinggi.
2. Harga input/biaya produksi
Peningkatan
biaya input akan menggeser ke atas kurva kurva biaya. Meningkatnya fixed cost
menggeser ke atas kurva total cost (TC ) dan average total cost (ATC )
tetapi tidak untuk kurva marginal cost (MC ). Bila peningkatan terjadi
pada variable cost semua kurva termasuk marginal cost (MC) akan bergeser
ke atas.
4.
Kapasitas Produksi
Kapasitas adalah suatu ukuran kemampuan produktif suatu
fasilitas per unit waktu selain itu kapasitas juga mempunyai arti suatu tingkat
keluaran, suatu kuantitas keluaran dalam periode tertentu, dan merupakan
kuantitas tertinggi yang mungkin selama periode waktu itu. Untuk berbagai
keperluan, kapasitas dapat disesuaikan dengan tingkat penjualan yang sedang
berfluktuasi yang dicerminkan dalam jadwal produksi induk (master production
schedul). Hubungan antara kapasitas dan jadwal-jadwal induk adalah sangat
penting. Karena jadwal produksi mencerminkan apa yang akan diproduksi
suatu perusahaan (tidak perlu apa yang akan dijual), kemampuan untuk memenuhi
rencana ini tergantung pada kapasitas yang tersedia sekarang atau dalam jangka
pendek di waktu mendatang, atau tergantung pada kemampuannya untuk
memperluas kapasitas ini dalam jangka waktu lebih panjang. Jadwal produksi yang
realistik menjadi keberhasilan operasi suatu perusahaan yang mengakibatkan
seluruh jenis sumberdaya terikat untuk memuaskan kebutuhan kuantitasnya dan
komitmen hari pengiriman. Dalam hal ini, kapasitas juga berarti jumlah masukan
sumberdaya-sumberdaya yang tersedia relatif untuk kebutuhan keluaran pada waktu
tertentu. Karena pentingnya hubungan tersebut.
Kapasitas atau tingkat keluaran ini pada
umumnya dinyatakan dalam satuan-satuan sebutan persamaan, seperti batang, ton,
kilogram, meter, atau jam kerja yang tersedia. Sedangkan satuan-satuan waktu
yang sangat penting bagi perencanaan kapasitas, dapat dinyatakan dalam satuan
seperti jam, hari, minggu, atau bulan. Dalam praktek, diantara
pengertian-pengertian kapasitas diatas, perusahaan biasanya menggunakan
kapasitas nyataatau kapasitas pengoperasian yang ditentukan dari
laporan-laporan atau catatan pusat kerja.
Kapasitas dibedakan antara tiga level yang berbeda, antara
lain :
1. Kapasitas
Potensial, (Potential Capacity) ialah kapasitas yang dapat diadakan dalam
horizon keputusan eksekutif senior.
2. Kapasitas
Segera, (Immediete Capacity) ialah kapasitas yang dapat disediakan dalam periodeanggaran
sekarang.
3. Kapasitas
Efektif, (Effective Capacity) ialah kapasitas yang digunakan didalam periode
anggaran sekarang. (Lockyer, et.all, 1987)
Beberapa definisi kapasitas secara umum dapat diperinci
antara lain :
a.
Desaign capacity, yaitu tingkat
keluaran per satuan waktu, untuk mana pabrik dirancang.
b. Rated
Capacity,yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang menunjukkan bahwa
fasilitassecara teoritis mempunyai kemampuan memproduksinya.
c. Standart Capacity , yaitu tingkat
keluaran per satuan waktu yang ditetapkan sebagai sasaran bagi manajemen,
supervisi, dan para operator mesin; dapat digunakan sebagai
dasar penyusunan anggaran. Kapasitas standart adalah sama dengan
rated capacity dikurangicadangan keperluan pribadi standart, tingkat sisa
(scrap) standart, berhenti untuk pemeliharaan standart, cadangan
untuk pengawasan kualitas standart dan sebagainya
Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek
Perencanaan kapasitas jangka pendek digunakan untuk
menangani secara ekonomis hal-hal yang bersifat mendadak dimasa yang akan
dating, misalnya untuk memenuhi permintaan yang bersifat mendadak atau seketika
dalam jangka waktu pendek. Menghadapi kondisi diatas jika kapasitas produksi
tidak mampu memenuhi maka perusahaan dapat melakukan sub-kontrak kepada
perusahaan lain pada saat terjadi lonjakan jumlah permintaan. Jika perusahaan
ingin meningkatkan kapasitas produksi jangka pendek maka ada lima cara yang
dapat dilakukan :
1.
Meningkatkan jumlah sumber daya
2.
Memperbaiki penggunaan sumber daya
3.
Memodifikasi produk
4.
Memperbaiki permintaan
5.
Tidak memenuhi permintaan
Perencanaan Kapasitas Jangka Panjang
Perencanaan kapasitas jangka panjang merupakan strategi
operasi dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dan sudah dapat
diperkirakan sebelumnya. (dari hasil forecasting). Tujuan utamanya adalah
perusahaan dapat menentukan jumlah produksi yang dapat menghasilkan biaya minimum
dengan memperhatikan antara lain : pola permintaan jangka panjang dan siklus
kehidupan produk yang dihasilkan. Untuk mengantisipasi gejolak kapasitas jangka
panjang terdapat dua strategi yang dapat ditempuh perusahaan yaitu (1) Strategi
melihat dan menunggu perkembangan (wait and see strstegy). (2). Strategi
ekspansionis, yaitu berproduksi dengan kapasitas produksi yang selalu melebihi
atau diatas volume permintaan.
Kapasitas produksi dapat diartikan sebagai jumlah maksimum
output yang dapat diproduksi atau dihasilkan dalam satuan waktu tertentu,
misalnya sebuah pesawat airbus boing 737 memiliki kapasitas tempat duduk 300
seat setiap kali trip, atau sebuah Rumah Sakit memiliki kapasitas rawat inap
sebanyak 50 kamar, dan sebagainya.
Kapasitas produksi tersebut ditentukan berdasarkan kapasitas
sumber daya yang dimiliki antara lain : kapasitasi mesin, kapasitas tenaga
kerja, kapasitas bahan baku, kapasitas modal. Kapasitas produksi juga berkaitan
erat dengan skedul atau jadwal produksi yang tertuang dalam jadwal produksi
induk (master production shedule), karena jadwal produksi induk mencerminkan
apa dan berapa yang harus diproduksi dalam jangka waktu tertentu.
5.
Produksi Dengan Banyak Pabrik
Produksi dengan banyak pabrik
merupakan salah satu strategi dari Perusahaan untuk memaksimumkan keuntungan
namun terkadang produksi dengan banyak pabrik juga dapat mengalami kerugian
jika tidak sesuai dengan permintaan dan penawaran. Produksi dengan banyak
pabrik menguntungkan jika produk yang dihasilkan memiliki permintaan yang
banyak atau tinggi di masyarakat sehingga suatu produk yang dihasilkan oleh
perusahaan tidak efektif jika diproduksi oleh satu pabrik saja maka dari itu
diperlukan banyak pabrik untuk memproduksi produk tersebut, biasanya yang
memproduksi dengan banyak pabrik adalah industri-industri besar. Terdapat
kelemahan dan kelebihan jika melakukan produksi dengan banyak pabrik.
1.
Dapat menampung jumlah karyawan lebih banyak
2.
Pendapatan laba atau keuntungan yang lebih banyak
3.
Produksi yang dihasilkan lebih banyak
4.
Gaji yang diberikan cukup besar
5.
Mesinnya lebih modern dan canggih
6.
Membantu perekonomian karyawan
7.
Tenaga kerja yang digunakan merupakan tenaga kerja yang handal dan terdidik
8.
Pengerjaan produksi lebih cepat selesai
9.
Tempatnya lebih luas
10.
Hasil produksi yang berkualitas tinggi
11.
Memiliki peraturan hukum yang sangat tegas
12.
Mengurangi pengangguran masyarakat
13.
Meningkatkan perekonomian Negara
14.
Membantu meningkatkan kemakmuran Negara
15.
Memiliki Kesatuan manajemen yang baik
1.
Biaya atau modal yang dikeluarkan sangat besar
2.
Sulitnya bahan baku karena sebagian besar bahan baku yang digunakan merupakan
bahan baku yang tidak bias diperbaharui
3.
Menghasilkan limbah yang dapat merusak lingkungan
4.
Resiko yang akan terjadi lebih besar
5.
Tidak mudah dalam mengatur karyawannya karena jumlahnya yang sangat banyak
6.
Menjadi sasaran terror
7.
Merusak lahan hijau untuk dijadikan industry
8.
Kesatuan organisasi yang tidak teratur
9.
Tanggung jawab pemilik tidak terbatas
10.
Kelangsungan usaha kurang terjamin
11.
Rahasia perusahaan kurang terjamin karena adanya banyak pimpinan yang
mengetahuinya
12.
Tidak adanya kepuasan pribadi
13.
Seluruh laba atau keuntungan tidak sepenuhnya menjadi miliknya
14.
Kena Pajaknya lumayan besar
15.
Pendiriannya lebih sulit
6.
Skala Ekonomis dan Tidak Ekonomis
Dalam periode produksi jangka
panjang ada kecenderungan bahwa pada tingkat permulaan dengan semakin
diperluasnya skala usaha akan meningkatkan efisiensi usaha, tetapi mulai titik
tertentu perluasan usaha yang lebih lanjut akan berakibat semakin menurunnya
efisiensi usaha secara keseluruhan. Skala usaha di mana tingkat efisiensi
perusahaan mencapai nilai tertinggi disebut dengan skala usaha yang optimal
(optimum scale of plant).Skala usaha yang optimal secara grafis terlihat pada
saat kurva biaya total per satu unit output jangka panjang (LRAC) mencapai
nilai minimum. Jumlah output di mana LRAC mencapai nilai minimum disebut
tingkat output optimal (optimum rate of output).
1.
Skala Ekonomis
Skala kegiatan produksi jangka
panjang dikatakan bersifat mencapai skala ekonomis apabila pertambahan produksi
menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin rendah. Produksi yang
semakin tinggi menyebabkan perusahaan menambah kapasitas produksi, dan
pertambahan kapasitas ini menyebabkan kegiatan produksi bertambah efisien. Pada
kurva LRAC keadaan ini ditunjukkan oleh bagian kurva yang semakin menurun
apabila produksi bertambah.
Beberapa
faktor penting yang menimbulkan skala ekonomi adalah :
a.
Spesialisasi Faktor – Faktor Produksi
b.
Pengurangan Harga Bahan Mentah dan Kebutuhan Produksi Lain
c.
Memungkinkan Produk Sampingan (by – Products) Diproduksi
d.
Mendorong Perkembangan Usaha Lain
e.
Penggunaan intensif personil dengan keahlian tinggi yang lebih banyak dan
penggunaan modal yang lebih banyak (misalnya dengan jadwal shift)
2.
Skala Tidak Ekonomis
Skala tidak ekonomis terjadi ketika ukuran perusahaan
berlebihan. Perusahaan memang bisa meningkatkan ukurannya untuk
memperoleh keuntungan dari skala ekonomis, tetapi keuntungan menghilang ketika
perusahaan mencapai ukuran tertentu. Skala tidak ekonomi termasuk jangka
panjang dan secara jelas harus dibedakan dari pendapatan yang semakin berkurang
yang timbul dalam jangka pendek. Seringkali diperdebatkan bahwa skala
tidak ekonomi adalah jarang - sesungguhnya jika – diamati dalam industri karena
perusahaan akan kembali memotong ukuran mereka.
Beberapa kemungkinan penyebab skala tidak ekonomis adalah :
a.
Kesukaran pengendalian dan pengawasan
b.
Pembuatan keputusan yang lamban sehubungan dengan kelebihan ukuran administrasi
c.
Kekurangan motivasi karyawan.
Perubahan dalam permintaan memiliki dampak yang berbeda jika
terjadi pada jangka waktu yang berbeda pula. Pada jangka pendek, peningkatan
permintaan meningkatkan harga dan membawa keuntungan, sementara turunnya
permintaan akan menurunkan harga dan membawa kerugian. Tetapi, jika perusahaan
dapat masuk atau keluar pasar dengan mudah, maka dalam jangka panjang jumlah
perusahaan akan selalu berubah hingga tercapai keseimbangan utama ada
keuntungan di pasar tersebut.
7.
Maksimalisasi Laba dan Penawaran
Keuntungan (laba) merupakan tujuan
utama suatu pengusaha dalam menjalankan usahanya. Proses produksi dilaksanakan
seefisien mungkin dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan. Bisnis adalah
organisasi yang menghasilkan barang dan jasa, atau biasa disebut juga
perusahaan. Bisnis atau perusahaan melakukan kegiatan operasional bertujuan
untuk memaksimalkan profit dan dapat mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaannya. Setiap perusahaan berusaha untuk meraih keuntungan atau
memperoleh profit semaksimal mungkin. Hal ini dikarenakan profit yang diperoleh
digunakan sebagai modal dalam operasional perusahaan selanjutnya. Profit
berkaitan dengan empat faktor yaitu demand (kebutuhan), potensial profit,
market (pasar), dan revenue (pendapatan). Keempat faktor ini menunjang
terjadinya opportunities (kesempatan).
Pada dasarnya, semua jenis perusahaan
memiliki tujuan yang sama yaitu memaksimalisasi profit. Maksimalisasi profit
bukanlah satu-satunya tujuan dalam perusahaan. Ada beberapa jenis perusahaan
yang lebih mengambil profit dengan menekan penjualannya (hasil produksinya),
ada pula yang memasukan unsur politik di dalam penentuan tingkat produksi yang
akan dicapai. Jadi, setiap perusahaan memiliki kriteria tersendiri dalam
memaksimumkan profit yang akan diperolehnya. Tetapi tidak disangkal lagi setiap
perusahaan memilki target dalam pencapaian keuntungan, dan tidak munafik bagi
perusahaan bahkan berupaya memiliki target menaikan laba setinggi-tingginya
Efisiensi di bidang keuangan
memberikan pengaruh pada operasi perusahaan, sehingga akan meningkatkan
efisiensi operasional dan efisiensi investasi yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan profit perusahaan. Dengan menghasilkan profit, perusahaan dapat
mempertahankan pertumbuhan perusahaannya sehingga dapat bersaing dengan
perusahaan lain karena profit tersebut dapat ditanam kembali dan digunakan
untuk mempertahankan atau meningkatkan pertumbuhannya.
Tujuan Perusahaan dalam
Memaksimalkan Keuntungan (Laba)
Dalam teori ekonomi, pemisalan terpenting dalam menganalisis
kegiatan perusahan adalah “mereka akan melakukan kegiatan memproduksi sampai kepada
tingkat dimana keuntungan mereka mencapai jumlah yang
maksimum”.Berdasarkan kepada pemisalan ini dapat ditunjukkan pada tingkat
kapasitas memproduksi yang bagaimana perusahaan akan menjalankan kegiatan
usahanya. Laba yang dihasilkan tidak
terlepas dari beberapa factor antara lain jumlah hasil produksinya, modal, dan
total upah tenaga kerja.
BAB III. PENUTUP
1.
Kesimpulan
Biaya Produksi adalah biaya yang
harus dikeluarkan pengusaha atau produsen untuk membeli faktor-faktor produksi
dengan tujuan menghasilkan output atau produk. Faktor-faktor produksi itu
sendiri adalah barang ekonomis (barang yang harus dibeli karena mempunyai
harga) dan termasuk barang langka (scarce),sehingga untuk mendapatkannya
membutuhkan pengorbanan berupa pembelian dengan uang. Jenis-Jenis Biaya
produksi : Biaya tetap (Fixed Cost) ,
Biaya Variabel (Variable Cost) , Biaya Semi Variable. Kapasitas adalah suatu
tingkat keluaran, suatu kuantitas keluaran dalam periode tertentu, dan
merupakan kuantitas tertinggi yang mungkin selama periode waktu itu. Skala ekonomis merupakan fenomena
turunnya biaya
produksi per unit
dari suatu perusahaan yang terjadi bersamaan dengan meningkatnya jumlah produksi (output). Sedangkan Skala tidak ekonomis terjadi ketika
ukuran perusahaan berlebihan. Maksimalisasi Laba(Keuntungan) dan Penawaran. Untuk
meneruskan analisis sampai pada keuntungan maksimal kurva-kurva biaya ini
menjelaskan hampir semua jenis perusahaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar